Showing posts with label alat musik. Show all posts
Showing posts with label alat musik. Show all posts

Thursday, March 17, 2011

Musik Bukan Sekedar Dentingan Tapi Ada Emosi Di Dalamnya

Banyak cara untuk meluapkan perasaan. Entah sedih maupun gembira. Seorang Jimi Hendrix meluapkannya lewat dawai gitar. Ceritanya, saat berusia 10 tahun, Jimi ditinggal wafat sang ibu. Dia pun sangat terpukul dan menjadi pemurung.




Alex, sang ayah, sebagai seorang penganut agama yang taat, sering mengajak Jimi ke gereja dan ikut dalam paduan suara. Tetapi itu rupanya belum cukup untuk menghibur putranya tersebut. Karena kasihan melihat Jimi yang kerap murung, ayahnya membelikan dia sebuah gitar akustik sebagai hadiah ulang tahun ke-12.Lantaran kidal, Jimi membalik susunan senarnya. Sehingga tangan kanannya yang menari di atas fretboard. Dengan bermain gitar, Jimi mulai dapat melupakan kepedihan ditinggal ibunya. Eksplorasi musiknya pun menjadi lebih luas setelah dia dibelikan alat musik berupa gitar listrik. Dengan gitar tersebut, Jimi bernyanyi, meluapkan isi hati.

Pengalaman tak jauh beda dialami Maya Hasan dengan harpanya. Pada sekitar tahun 2000, ia pernah mengalami suatu titik, dimana dia disergap gundah. “Kenapa saya lebih menyukai bermain alat musik harpa?” Itulah pertanyaan berulang yang kerap bergejolak dalam hatinya. Dan tentunya juga dari orang-orang sekitarnya, termasuk wartawan.Maya berusaha mencari jawaban bagi dirinya sendiri dan pada akhirnya dia mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut setelah menemukan teori music for healing di sebuah situs internet. Hal itulah yang mengubahkan cara pandangnya terhadap musik, sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa nada dari petikan harpanya memiliki efek tersendiri bagi pendengarnya.

Bagi Maya, musik bukan sekadar dentingan nada-nada indah yang membuat orang terlena. Baginya musik lebih dari itu. Musik bisa membuat jiwa menjadi tenang dan menyembuhkan penyakit. Itulah yang kini sedang ia kembangkan. Melalui music for healing perempuan bernama lengkap Maya Christina Hasan ini memperkenalkan nada sebagai alat penyembuh. “Musik bukan hanya sekadar alunan nada. Musik bisa membuat jiwa tenang dan menyehatkan,” ujarnya pada suatu malam di Central Park, Jakarta, beberapa hari lalu.

Temukan Lebih banyak Info Seputar alat musik

Monday, March 14, 2011

Seni Kreativitas Bermusik Tinggi Dari Frans Rumbino

Frans Rumbino atau yang lebih dikenal dengan nama Frans Sisir...,Kemampuan Frans bermusik dengan sisir dan plastik terbilang unik. Prosesnya pun tak kalah menarik. Kendati sejak kecil su-dah ditinggalkan orangtuanya, Frans kecil tak kehilangan keceriaan. Frans suka meniup daun atau kulit kerang, mendendangkan lagu-lagu kampung, seperti Apuse, dll.




Dari kebiasaan meniup daun dan kerang itu, secara tak sengaja Frans bereksplorasi dengan sisir dan kantong plastic sebagai alat musik nya. Ceritanya, sebagai Putra Biak, Frans ingin mendukung kesebelasan kesayangannya, PSB Biak, ketika ada pertandingan sepak bola dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) di Jayapura. Namun, karena kala itu hanya ada sisir dan kantong plastik, Frans memanfaatkan kedua benda tersebut untuk menyemangati kesebelasan kesayangannya. Tak disangka, dari situlah ia mulai menyukai dan mendalaminya hingga dapat memainkannya dengan piawai.

“Awalnya cuma coba-coba saja meniup sisir yang saya bungkus dengan kantong plastik kresek,” ujar Frans. Semula, suaranya lurus ¨tet..tet ...tet...¨ saja. Dari situlah keluar ide untuk dipakai bermusik. Ia pun terus melatih kemampuannya meniup sisir. Mengasah talenta memang membutuhkan waktu yang lama.Awalnya tak mudah dan tidak berjalan mulus. Ia sering diolok-olok teman-temannya. 

Tahun 2005 Frans mendapat kesempatan pelayanan di Amerika. Meski demikian, untuk mendapatkan visa ke Amrik tidak mudah. Ketika staf kedubes AS menanyakan tujuannya ke Amerika, ia jawab bermain musik. Mereka heran. “Saya keluarkan sisir dan plastik lalu nyanyi Amazing Grace,” ujarnya. Terpukau dengan nada indah kreasi Frans, mereka pun memberinya visa untuk 5 tahun!

Temukan informasi lebih lengkap seputar alat musik

Monday, March 7, 2011

Tanjidor Masikah Bisa Berbunyi Lantang


Tret.. tetet dhrong tretetet dung…… trek – dung  - trekdung……dung……dung………dung

Begitulah sayup-sayup terdengar alunan musik etnis Betawi yang lagi mengiringi arak-arakan pengantin sunat di Ciganjur, pinggiran kota Jakarta. Musik khas etnis Betawi lama yang kebanyakan didukung oleh para musisi berusia senja ini melintasi gang-gang sempit dengan semangat baja. Layaknya serdadu yang mau maju perang. Pemandangan macam ini sangat menghibur dan menyenangkan hati  orang yang kebetulan menyaksikan deretan kaum akhir (orang – orang tua) yang  lagi ngejreng dengan alat musik yang sudah tua pula.




Kendati pun “Tanjidor” disebut musik rakyat Betawi, namun instrumennya menggunakan alat musik modern, terutama alat tiup. Seperti trombhon, piston (comet a piston), tenor, klarinet, as, dilengkapi alat musik tabuh membran, yang biasa disebut  tambur atau genderang.

Selaras dengan pergeseran zaman, sebagian besar alat musik yang hingga kini masih digunakan termasuk kategori instrumen yang sudah usang dan cacat. Barang bekas yang sudah pada peyot dan penyok-penyok ini toh masih bisa berbunyi. Kendati suaranya kadang-kadang melenceng ke kanan dan ke kiri alias fals.  Saking tuanya, alat musik tersebut sudah ada yang dipatri, dan ada pula yang diikat dengan kawat agar tidak berantakan. Tetapi semua itu tidak mengurangi semangat penabuhnya yang umumnya juga sudah pada lanjut usia.

Sejak dulu memang, Tanjidor  tidak banyak memberi janji sehingga pendukungnya dari tahun ke tahun kian menurun. Selain banyak yang sudah meninggal, pendukungnya sekarang sudah pada uzur. Untuk singgah menjadi seniman orkes Tanjidor memang harus punya bakat di bidang musik modern atau ketrampilan itulah yang membuat orang senang menekuni hobinya.
Kendati pun keadaan sudah berubah 180 derajat, namun masih ada beberapa perkumpulan Tanjidor di wilayah Jakarta


Temukan lebih banyak lagi informasi seputar alat musik